Pagi tadi sejumlah wartawan ibukota menunggu kedatangan Gubernur di tangga Balai Kota. Seturunnya dari mobil Mercy hitam, Gubernur segera dikerumuni para wartawan yang mengucapkan selamat berkenaan dengan ulang tahunnya pada hari ini, tanggal 25 Desember. Dengan cepat pula para wartawan mengajukan pertanyaan kepada Gubernur yang tampaknya sudah tergesa-gesa ingin masuk.
Wartawan kami merekam tanya jawab antara wartawan (W) dengan Gubernur (G) sebagai berikut:
W : Pak Gub, kemarin malam dan hari ini semua Gereja di kota ini merayakan ulangtahun Bapak. Bagaimana perasaan Bapak?
G : Biasa saja.
W : Gereja-gereja mana saja yang kemarin malam Bapak kunjungi?
G : Satu pun tidak saya kunjungi. Kemarin malam saya diam di rumah.
W : Lho, bukankah Bapak tamu VIP?
G : Saya tidak senang melihat mereka yang suka duduk di sofa yang empuk dan bagus di baris terdepan.
W : Tapi Pak, mereka berdoa.
G : Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang, padahal mereka menelan rumah janda-janda dan menggusur rumah orang lain seenaknya.
W : Jadi, Bapak tidak setuju orang beribadah?
G : Saya tidak mengatakan begitu. Maksud saya, saya membenci segala kumpulan dan perayaan mereka. Jauhkan daripada Saya keramaian koor mereka, dan lagu-lagu nyanyian jemaat mereka, tidak mau Saya dengar. Yang penting biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.
W : Mengapa Bapak berkata begitu?
G : Sebab Saya tahu, bahwa banyak perbuatan mereka yang jahat. Mereka menjadikan orang benar terjepit. Mereka menerima uang suap. Mereka mengesampingkan orang miskin di pintu pengadilan negeri... Mereka benci kepada yang memberi teguran di koran. Mereka menginjak-injak orang yang kedudukannya lemah dan mengambil pajak dengan cara memeras. Mereka rakus.
W : Jadi, apa Bapak menganggap iman itu tidak berguna?
G : Maksud Saya, iman harus disertai perbuatan. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati.
W : Apa Bapak setuju Natal dirayakan dengan pesta?
G : Asal saja semua sampah bekas pesta itu dibuang pada tempatnya. Kota ini harus bersih.
W : Ada gereja yang merayakan kelahiran Bapak (Natal) dengan anggaran lebih dari lima juta rupiah, padahal ….
G : Peduli amat, itu uang mereka, asal saja uang halal, dan asal mereka ingat memberi kepada yang susah.
W : Tapi Natal dengan biaya di atas 5 juta itu kan termasuk mewah, Pak!
G : Ah, mengapa Saudara melihat selumbar di puncak Monas sedangkan bis bertingkat di dalam mata Saudara tidak Saudara ketahui. Jangan Saudara menghakimi orang lain mewah, padahal Saudara sendiri sekarang memakai baju safari yang begini mewah.
W : Apa Bapak setuju orang-orang merayakan Natal dengan pohon terang?
G : Mengapa tidak? Asal saja jangan menebang pohon cemara. Pakai saja pohon plastik. Kota ini perlu dihijaukan, sebab itu janganlah pohon cemara dikorbankan untuk Natal.
W : Menurut Bapak, kegiatan apa yang paling positif pada hari-hari Natal ini?
G : Ibadah yang murni di hadapan Allah ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Memberi bingkisan Natal kepada yang lapar, yang sakit, yang di dalam penjara.
W : Tapi hadiahnya jadinya kan untuk mereka, bukan untuk Bapak.
G : Segala sesuatu yang Saudara lakukan untuk salah seorang dari warga kota yang paling hina ini, Saudara telah melakukannya untuk saya.
W : Tapi, kami — wartawan — tidak pernah menerima hadiah Natal, Pak..
G : Adalah lebih bahagia memberi daripada menerima.
W : Pak, akhir-akhir ini kota kita sering banjir. Apa ini tanda akan kiamat?
G : Ah, Saudara ini sok beragama. Apa hubungan banjir dengan kiamat? Banjir ini karena kita suka buang sampah sembarangan, lalu sampah itu masuk ke got dan kali. Nah, got dan kali jadi dangkal. Akibatnya air meluap.
W : Pak, bagaimana caranya supaya lalu lintas di kota ini jangan macet?
G : Jangan ada yang naik mobil. Naik unta saja.
W : Apa pendapat Bapak tentang ….
G : Ah, sudah dulu. Marilah kita pergi ke tempat kerja kita masing- masing. Saya sekarang harus mendatangi beberapa kantor kelurahan di desa-desa tertinggal, karena untuk itu saya telah datang.
Catatan:Sebagian dari ucapan-ucapan tersebut di atas diangkat dari ayat-ayat Matius 23:6,7,14; Amsal 5:7-13; Yakobus 2:17; Matius 7:3; Yakobus 1:27; Matius 25:31-40; Kisah Para Rasul 20:36; Markus 1:38
Jumat, 20 November 2009
MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT
Buat para suami baca ya..... Istri & calon istri juga boleh..
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudahlebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan
anak ke empat tiba2 kakinya lumpuhdan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, danmengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya
didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum,
untunglah tempat usaha Pak suyatno tidak begitu jauh darirumahnya sehingga
sianghari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaiandan selepas maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa2saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiapberangkat tidur.Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar.
Dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka,sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal is bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin sekali merawat
ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidakada sedikitpun keluhan keluar
dari bibir bapak....... ..bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak,kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telahmelahirkan kalian.. Sejenak kerongkongannya tersekat,... Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini.Kalian mengi nginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana denganIbumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno.Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupukmata ibu Suyatno .. Dengan pilu ditatapnyamata suami yg sangatdicintainya itu..
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TVswasta untuk menjad inara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
DisitulahPak Suyatno bercerita."Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,Tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran,perhatian )adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yglucu2..Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta. Kita bersama..Dan itumerupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya.
Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinyaApalagi dia sakit,,,"
SEMOGA BISA MENJADI BAHAN RENUNGAN
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudahlebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan
anak ke empat tiba2 kakinya lumpuhdan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, danmengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya
didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum,
untunglah tempat usaha Pak suyatno tidak begitu jauh darirumahnya sehingga
sianghari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaiandan selepas maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa2saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiapberangkat tidur.Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar.
Dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka,sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal is bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin sekali merawat
ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidakada sedikitpun keluhan keluar
dari bibir bapak....... ..bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak,kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telahmelahirkan kalian.. Sejenak kerongkongannya tersekat,... Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini.Kalian mengi nginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana denganIbumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno.Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupukmata ibu Suyatno .. Dengan pilu ditatapnyamata suami yg sangatdicintainya itu..
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TVswasta untuk menjad inara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
DisitulahPak Suyatno bercerita."Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,Tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran,perhatian )adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yglucu2..Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta. Kita bersama..Dan itumerupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya.
Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinyaApalagi dia sakit,,,"
SEMOGA BISA MENJADI BAHAN RENUNGAN
Selasa, 10 November 2009
AYAHKU SAKIT..........!
Ini kisah nyata, dan jika anda tidak menceritakanya kembali. Maka anda tidak mepunyai hati.
Nama-ku Daniela,
Umur-ku tiga tahun,
Mata-ku bengkak…
Aku tidak bisa melihat.
Aku pasti anak yg bodoh,
Aku pasti anak yg nakal,
Apalagi yg dapat membuat,
Ayahku menjadi marah.
Aku berharap, keadaanku lebih baik,
Aku berharap, aku tidak jelek,
Jadi mungkin ibu-ku,
Akan tetap mau memeluk-ku.
Aku tidak bisa melakukan kesalahan,
Aku tidak diperbolehkan bicara sama sekali,
Atau..Aku akan dikurung ,
Sepanjang hari.
Ketika aku bangun,
Aku sendirian,
Rumah ini sangat gelap,
Keluarga-ku tidak ada dirumah.
Ketika ibu-ku pulang ke rumah,
Aku mencoba untuk menjadi baik,
Jadi aku mungkin hanya mendapatkan,
Satu cambukan dimalam hari.
Aku barusan mendengar suara mobil,
Ayahku baru pulang,
Dari Diskotik….
Aku mendengar sumpah serapahnya,
Nama-ku dipanggilnya,
Aku menekan diriku sendiri,
Merapat kedinding.
Aku mencoba untuk sembunyi,
Dari mata jahatnya,
Aku sangat ketakutan sekarang,
Aku mulai menangis.
Dia menemukan-ku sedang menangis,
Memanggilku dengan kata-kata buruk,
Dia mengatakan kalau semua itu adalah kesalahan-ku,
Atas penderitaannya dikantor.
Dia menamparku dan memukulku,
Dan berteriak lebih banyak lagi kepada-ku,
Akhirnya aku dapat bebas,
Dan lari menuju kepintu.
Dia sudah mengunci pintunya,
Aku mulai berteriak histeris,
Dia menarik-ku dan melemparkan-ku,
Pada dinding kamar yang keras.
Aku jatuh kelantai,
Dengan tulang yang patah,
Dan ayahku masih melanjutkannya,
Dengan lebih banyak lagi kata kata kotor yang diucapkan.
“Maafkan Aku, Ayah” teriak-ku,
Tetapi itu sudah sangat terlambat,
Wajahnya sudah berubah,
Menjadi bentuk yang tidak bisa terbayangkan.
Penderitaan dan rasa sakit,
Lagi dan lagi…
Oh Tuhan, berikan belas kasihan-Mu,
Oh..Biarlah ini cepat berlalu.
Dan akhirnya Diapun berhenti,
Dan menuju ke pintu kamar,
Ketika aku terbaring disana, tanpa bisa bergerak,
Tergeletak dilantai.
Nama-ku Daniela,
Umur-ku tiga tahun,
Malam ini ayahku,
Membunuh-ku.
Dan engkau dapat menolong,
Memuakkan bagi jiwa-ku,
Jika engkau membaca ini,
Dan tidak memceritakannya kembali.
Aku berdoa untuk pengampunan-mu,
Ketika engkau akan menjadi,
Seorang yang tidak punya hati,
Yang tidak terpengaruh,
Oleh puisi ini.
Dan karena engkau terpegaruh,
Lakukan sesuatu…
Jadi Saudara semua, aku minta untuk melakukan sesuatu,
Ceritakan kembali kisah ini.
Jika engkau menentang Penyiksaan anak kecil.
Postkan kembali “Ayah….Sakit”
Jika engkau tidak mengirimkannya kembali ke orang yg engkau kenal,
Maka sangat nyata, kalau engkau tidak perduli tentang penyiksaan anak kecil.
Awalnya aku pikir ini adalah surat berantai,
Dan aku tidak langsung mengirimkannya juga,
Tetapi sekarang aku sadar, bahwa ini adalah masalah yang penting.
Paling sedikit ada lima anak kecil di seluruh dunia yang meninggal karena penyiksaan.
Bantulah…Jika ada anak yang mendapat penyiksaan. Lakukan pertolongan sebelum terlambat.
Nama-ku Daniela,
Umur-ku tiga tahun,
Mata-ku bengkak…
Aku tidak bisa melihat.
Aku pasti anak yg bodoh,
Aku pasti anak yg nakal,
Apalagi yg dapat membuat,
Ayahku menjadi marah.
Aku berharap, keadaanku lebih baik,
Aku berharap, aku tidak jelek,
Jadi mungkin ibu-ku,
Akan tetap mau memeluk-ku.
Aku tidak bisa melakukan kesalahan,
Aku tidak diperbolehkan bicara sama sekali,
Atau..Aku akan dikurung ,
Sepanjang hari.
Ketika aku bangun,
Aku sendirian,
Rumah ini sangat gelap,
Keluarga-ku tidak ada dirumah.
Ketika ibu-ku pulang ke rumah,
Aku mencoba untuk menjadi baik,
Jadi aku mungkin hanya mendapatkan,
Satu cambukan dimalam hari.
Aku barusan mendengar suara mobil,
Ayahku baru pulang,
Dari Diskotik….
Aku mendengar sumpah serapahnya,
Nama-ku dipanggilnya,
Aku menekan diriku sendiri,
Merapat kedinding.
Aku mencoba untuk sembunyi,
Dari mata jahatnya,
Aku sangat ketakutan sekarang,
Aku mulai menangis.
Dia menemukan-ku sedang menangis,
Memanggilku dengan kata-kata buruk,
Dia mengatakan kalau semua itu adalah kesalahan-ku,
Atas penderitaannya dikantor.
Dia menamparku dan memukulku,
Dan berteriak lebih banyak lagi kepada-ku,
Akhirnya aku dapat bebas,
Dan lari menuju kepintu.
Dia sudah mengunci pintunya,
Aku mulai berteriak histeris,
Dia menarik-ku dan melemparkan-ku,
Pada dinding kamar yang keras.
Aku jatuh kelantai,
Dengan tulang yang patah,
Dan ayahku masih melanjutkannya,
Dengan lebih banyak lagi kata kata kotor yang diucapkan.
“Maafkan Aku, Ayah” teriak-ku,
Tetapi itu sudah sangat terlambat,
Wajahnya sudah berubah,
Menjadi bentuk yang tidak bisa terbayangkan.
Penderitaan dan rasa sakit,
Lagi dan lagi…
Oh Tuhan, berikan belas kasihan-Mu,
Oh..Biarlah ini cepat berlalu.
Dan akhirnya Diapun berhenti,
Dan menuju ke pintu kamar,
Ketika aku terbaring disana, tanpa bisa bergerak,
Tergeletak dilantai.
Nama-ku Daniela,
Umur-ku tiga tahun,
Malam ini ayahku,
Membunuh-ku.
Dan engkau dapat menolong,
Memuakkan bagi jiwa-ku,
Jika engkau membaca ini,
Dan tidak memceritakannya kembali.
Aku berdoa untuk pengampunan-mu,
Ketika engkau akan menjadi,
Seorang yang tidak punya hati,
Yang tidak terpengaruh,
Oleh puisi ini.
Dan karena engkau terpegaruh,
Lakukan sesuatu…
Jadi Saudara semua, aku minta untuk melakukan sesuatu,
Ceritakan kembali kisah ini.
Jika engkau menentang Penyiksaan anak kecil.
Postkan kembali “Ayah….Sakit”
Jika engkau tidak mengirimkannya kembali ke orang yg engkau kenal,
Maka sangat nyata, kalau engkau tidak perduli tentang penyiksaan anak kecil.
Awalnya aku pikir ini adalah surat berantai,
Dan aku tidak langsung mengirimkannya juga,
Tetapi sekarang aku sadar, bahwa ini adalah masalah yang penting.
Paling sedikit ada lima anak kecil di seluruh dunia yang meninggal karena penyiksaan.
Bantulah…Jika ada anak yang mendapat penyiksaan. Lakukan pertolongan sebelum terlambat.
Langganan:
Komentar (Atom)