Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.
Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"
"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang .. . " kata si pengusaha ini dengan yakinnya.Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.
Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".
Dengan lembut si Malaikat berkata, "Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu" .
Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan terlihat ada tetesan air mata di pipi mereka".
Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu"
Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, " Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah. Hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri.
"Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat".
Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya; Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini,penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !
Dengan setengah bergumam dia bertanya,"Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"
Jawab si Malaikat, " Ada beberapa yang berdoa buatmu.Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah". Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.
Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursisambil memangku si bungsu.
Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,"Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadimeninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00".
Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.
Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan.. "Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.
""Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.
"Doa yang dipanjatkan dengan sunguh-sungguh sangat besar kuasaNya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain.
Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.
Hindarilah perbuatan menyakiti orang lain...; Sebaliknya perbanyaklah berdoa buat orang lain.
Terima kasih.
Karena pahlawan sejati, bukan dilihat dari kekuatan phisiknya, tapi dari kekuatan hatinya.
Katakan ini dengan pelan, "Ya TUHAN saya mencintai-MU dan membutuhkan-MU, datang dan terangilah hati kami sekarang...! !!".
God Bless You All.
Best Regards,
DEWITA SAHADI, now your friend.
Rabu, 02 Desember 2009
EMBUN PAGI
"Renungan untuk seorang pemimpin yang baik dan bijaksana, semoga menjadi sebuah bahan pembelajaran yang berguna".
Adalah Raja Zhao yang memerintah sebuah kerajaan di abad ketiga, mengirim putranya pangeran Chao Chan yang telah beranjak dewasa ke sebuah kuil dimana seorang guru besar Pan Ku berada. Chao Chan akan dididik menjadi seorang pemimpin agar kelak siap menggantikan ayahnya sebagai raja.
Sehari setelah tiba di kuil, Chao Chan merasa aneh karena Pan Ku justru mengajak Chao Chan masuk kedalam hutan lalu meninggalkannya seorang diri di sebuah rumah yang telah disediakan baginya ditengah hutan itu. "Tinggallah disini dan belajarlah pada alam, satu bulan lagi aku akan datang menjemputmu" demikian kata Pan Ku.
Satu bulan kemudian Pan Ku datang menjenguk sang pangeran di dalam hutan dan bertanya: "Katakanlah, selama sebulan di hutan ini suara apa saja yang sudah kau dengar?""Guru," jawab pangeran, "Saya telah mendengar suara kokok ayam hutan, jangkrik mengerik, lebah mendengung, burung berkicau, serigala melolong…." dan masih banyak suara-suara lainnya yang disebutkan oleh Chao Chan.
Usai pangeran Chao Chan menjelaskan pengalamannya, guru Pan Ku memerintahkannya untuk tinggal selama tiga hari lagi untuk memperhatikan suara apa lagi yang bisa didengar selain yang telah disebutkannya. Untuk kesekiankalinya Chao Chan tidak habis mengerti dengan perintah sang guru, bukankah ia telah menyebutkan banyak suara yang didengarkannya?Chao Chan termenung setiap hari namun tetap berpikir keras ingin menemukan suara yang dimaksud oleh Pan Ku, tetapi tetap saja tidak menemukan suara lain dari yang selama ini sudah didengarnya.
Pada hari ketiga menjelang matahari terbit, Chao Chan bangun dari tidurnya kemudian duduk bersila di rerumputan dan mulailah bermeditasi. Dalam kesunyian itulah sayup-sayup Chao Chan mendengar suara yang benar-benar berbeda dengan sebelumnya. Semakin lama suara itu semakin jelas, dan saat itulah Chao Chan mengalami pencerahan. "Pasti inilah suara-suara yang dimaksud guru." teriaknya dalam hati.Akhirnya tanpa menunggu Pan Ku datang mengunjunginya, sang pangeran bergegas kembali ke kuil untuk melaporkan temuannya.
"Guru", ujarnya "Ketika saya membuka telinga dan hati saya lebar-lebar, saya dapat mendengar hal-hal yang tak terdengar seperti suara bunga merekah, suara matahari yang memanaskan bumi dan suara rumput minum embun pagi." Pan Ku tersenyum lega seraya manggut-manggut mengiyakan, lalu katanya: "Mampu mendengarkan suara yang tak terdengar adalah pelajaran wajib yang paling penting bagi siapapun yang ingin menjadi pemimpin yang baik."
"Karena, baru setelah seseorang mampu mendengar suara hati pengikutnya, mendengar perasaan yang tidak ter-ekspresikan, kesakitan yang tak terungkapkan, keluhan yang tidak diucapkan, maka barulah seorang pemimpin akan paham betul apa yang salah dan niscaya akan mampu memenuhi kebutuhan yang sesungguhnya dari para pengikutnya" .
Adalah Raja Zhao yang memerintah sebuah kerajaan di abad ketiga, mengirim putranya pangeran Chao Chan yang telah beranjak dewasa ke sebuah kuil dimana seorang guru besar Pan Ku berada. Chao Chan akan dididik menjadi seorang pemimpin agar kelak siap menggantikan ayahnya sebagai raja.
Sehari setelah tiba di kuil, Chao Chan merasa aneh karena Pan Ku justru mengajak Chao Chan masuk kedalam hutan lalu meninggalkannya seorang diri di sebuah rumah yang telah disediakan baginya ditengah hutan itu. "Tinggallah disini dan belajarlah pada alam, satu bulan lagi aku akan datang menjemputmu" demikian kata Pan Ku.
Satu bulan kemudian Pan Ku datang menjenguk sang pangeran di dalam hutan dan bertanya: "Katakanlah, selama sebulan di hutan ini suara apa saja yang sudah kau dengar?""Guru," jawab pangeran, "Saya telah mendengar suara kokok ayam hutan, jangkrik mengerik, lebah mendengung, burung berkicau, serigala melolong…." dan masih banyak suara-suara lainnya yang disebutkan oleh Chao Chan.
Usai pangeran Chao Chan menjelaskan pengalamannya, guru Pan Ku memerintahkannya untuk tinggal selama tiga hari lagi untuk memperhatikan suara apa lagi yang bisa didengar selain yang telah disebutkannya. Untuk kesekiankalinya Chao Chan tidak habis mengerti dengan perintah sang guru, bukankah ia telah menyebutkan banyak suara yang didengarkannya?Chao Chan termenung setiap hari namun tetap berpikir keras ingin menemukan suara yang dimaksud oleh Pan Ku, tetapi tetap saja tidak menemukan suara lain dari yang selama ini sudah didengarnya.
Pada hari ketiga menjelang matahari terbit, Chao Chan bangun dari tidurnya kemudian duduk bersila di rerumputan dan mulailah bermeditasi. Dalam kesunyian itulah sayup-sayup Chao Chan mendengar suara yang benar-benar berbeda dengan sebelumnya. Semakin lama suara itu semakin jelas, dan saat itulah Chao Chan mengalami pencerahan. "Pasti inilah suara-suara yang dimaksud guru." teriaknya dalam hati.Akhirnya tanpa menunggu Pan Ku datang mengunjunginya, sang pangeran bergegas kembali ke kuil untuk melaporkan temuannya.
"Guru", ujarnya "Ketika saya membuka telinga dan hati saya lebar-lebar, saya dapat mendengar hal-hal yang tak terdengar seperti suara bunga merekah, suara matahari yang memanaskan bumi dan suara rumput minum embun pagi." Pan Ku tersenyum lega seraya manggut-manggut mengiyakan, lalu katanya: "Mampu mendengarkan suara yang tak terdengar adalah pelajaran wajib yang paling penting bagi siapapun yang ingin menjadi pemimpin yang baik."
"Karena, baru setelah seseorang mampu mendengar suara hati pengikutnya, mendengar perasaan yang tidak ter-ekspresikan, kesakitan yang tak terungkapkan, keluhan yang tidak diucapkan, maka barulah seorang pemimpin akan paham betul apa yang salah dan niscaya akan mampu memenuhi kebutuhan yang sesungguhnya dari para pengikutnya" .
BEBAN
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen F. Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira-kira segelas air ini?"
Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya, " kata Covey.
"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah.
Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit.
Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya.
Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya," lanjut Covey.
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi."
Kita harus meninggalkan beban kita secara periodic, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi.
Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban tersebut."
"Bukan beban berat yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut."
Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.
"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya, " kata Covey.
"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah.
Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit.
Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya.
Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya," lanjut Covey.
"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi."
Kita harus meninggalkan beban kita secara periodic, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi.
Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban tersebut."
"Bukan beban berat yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut."
Jumat, 20 November 2009
ANDAIKATA YESUS JADI GUBERNUR
Pagi tadi sejumlah wartawan ibukota menunggu kedatangan Gubernur di tangga Balai Kota. Seturunnya dari mobil Mercy hitam, Gubernur segera dikerumuni para wartawan yang mengucapkan selamat berkenaan dengan ulang tahunnya pada hari ini, tanggal 25 Desember. Dengan cepat pula para wartawan mengajukan pertanyaan kepada Gubernur yang tampaknya sudah tergesa-gesa ingin masuk.
Wartawan kami merekam tanya jawab antara wartawan (W) dengan Gubernur (G) sebagai berikut:
W : Pak Gub, kemarin malam dan hari ini semua Gereja di kota ini merayakan ulangtahun Bapak. Bagaimana perasaan Bapak?
G : Biasa saja.
W : Gereja-gereja mana saja yang kemarin malam Bapak kunjungi?
G : Satu pun tidak saya kunjungi. Kemarin malam saya diam di rumah.
W : Lho, bukankah Bapak tamu VIP?
G : Saya tidak senang melihat mereka yang suka duduk di sofa yang empuk dan bagus di baris terdepan.
W : Tapi Pak, mereka berdoa.
G : Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang, padahal mereka menelan rumah janda-janda dan menggusur rumah orang lain seenaknya.
W : Jadi, Bapak tidak setuju orang beribadah?
G : Saya tidak mengatakan begitu. Maksud saya, saya membenci segala kumpulan dan perayaan mereka. Jauhkan daripada Saya keramaian koor mereka, dan lagu-lagu nyanyian jemaat mereka, tidak mau Saya dengar. Yang penting biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.
W : Mengapa Bapak berkata begitu?
G : Sebab Saya tahu, bahwa banyak perbuatan mereka yang jahat. Mereka menjadikan orang benar terjepit. Mereka menerima uang suap. Mereka mengesampingkan orang miskin di pintu pengadilan negeri... Mereka benci kepada yang memberi teguran di koran. Mereka menginjak-injak orang yang kedudukannya lemah dan mengambil pajak dengan cara memeras. Mereka rakus.
W : Jadi, apa Bapak menganggap iman itu tidak berguna?
G : Maksud Saya, iman harus disertai perbuatan. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati.
W : Apa Bapak setuju Natal dirayakan dengan pesta?
G : Asal saja semua sampah bekas pesta itu dibuang pada tempatnya. Kota ini harus bersih.
W : Ada gereja yang merayakan kelahiran Bapak (Natal) dengan anggaran lebih dari lima juta rupiah, padahal ….
G : Peduli amat, itu uang mereka, asal saja uang halal, dan asal mereka ingat memberi kepada yang susah.
W : Tapi Natal dengan biaya di atas 5 juta itu kan termasuk mewah, Pak!
G : Ah, mengapa Saudara melihat selumbar di puncak Monas sedangkan bis bertingkat di dalam mata Saudara tidak Saudara ketahui. Jangan Saudara menghakimi orang lain mewah, padahal Saudara sendiri sekarang memakai baju safari yang begini mewah.
W : Apa Bapak setuju orang-orang merayakan Natal dengan pohon terang?
G : Mengapa tidak? Asal saja jangan menebang pohon cemara. Pakai saja pohon plastik. Kota ini perlu dihijaukan, sebab itu janganlah pohon cemara dikorbankan untuk Natal.
W : Menurut Bapak, kegiatan apa yang paling positif pada hari-hari Natal ini?
G : Ibadah yang murni di hadapan Allah ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Memberi bingkisan Natal kepada yang lapar, yang sakit, yang di dalam penjara.
W : Tapi hadiahnya jadinya kan untuk mereka, bukan untuk Bapak.
G : Segala sesuatu yang Saudara lakukan untuk salah seorang dari warga kota yang paling hina ini, Saudara telah melakukannya untuk saya.
W : Tapi, kami — wartawan — tidak pernah menerima hadiah Natal, Pak..
G : Adalah lebih bahagia memberi daripada menerima.
W : Pak, akhir-akhir ini kota kita sering banjir. Apa ini tanda akan kiamat?
G : Ah, Saudara ini sok beragama. Apa hubungan banjir dengan kiamat? Banjir ini karena kita suka buang sampah sembarangan, lalu sampah itu masuk ke got dan kali. Nah, got dan kali jadi dangkal. Akibatnya air meluap.
W : Pak, bagaimana caranya supaya lalu lintas di kota ini jangan macet?
G : Jangan ada yang naik mobil. Naik unta saja.
W : Apa pendapat Bapak tentang ….
G : Ah, sudah dulu. Marilah kita pergi ke tempat kerja kita masing- masing. Saya sekarang harus mendatangi beberapa kantor kelurahan di desa-desa tertinggal, karena untuk itu saya telah datang.
Catatan:Sebagian dari ucapan-ucapan tersebut di atas diangkat dari ayat-ayat Matius 23:6,7,14; Amsal 5:7-13; Yakobus 2:17; Matius 7:3; Yakobus 1:27; Matius 25:31-40; Kisah Para Rasul 20:36; Markus 1:38
Wartawan kami merekam tanya jawab antara wartawan (W) dengan Gubernur (G) sebagai berikut:
W : Pak Gub, kemarin malam dan hari ini semua Gereja di kota ini merayakan ulangtahun Bapak. Bagaimana perasaan Bapak?
G : Biasa saja.
W : Gereja-gereja mana saja yang kemarin malam Bapak kunjungi?
G : Satu pun tidak saya kunjungi. Kemarin malam saya diam di rumah.
W : Lho, bukankah Bapak tamu VIP?
G : Saya tidak senang melihat mereka yang suka duduk di sofa yang empuk dan bagus di baris terdepan.
W : Tapi Pak, mereka berdoa.
G : Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang, padahal mereka menelan rumah janda-janda dan menggusur rumah orang lain seenaknya.
W : Jadi, Bapak tidak setuju orang beribadah?
G : Saya tidak mengatakan begitu. Maksud saya, saya membenci segala kumpulan dan perayaan mereka. Jauhkan daripada Saya keramaian koor mereka, dan lagu-lagu nyanyian jemaat mereka, tidak mau Saya dengar. Yang penting biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.
W : Mengapa Bapak berkata begitu?
G : Sebab Saya tahu, bahwa banyak perbuatan mereka yang jahat. Mereka menjadikan orang benar terjepit. Mereka menerima uang suap. Mereka mengesampingkan orang miskin di pintu pengadilan negeri... Mereka benci kepada yang memberi teguran di koran. Mereka menginjak-injak orang yang kedudukannya lemah dan mengambil pajak dengan cara memeras. Mereka rakus.
W : Jadi, apa Bapak menganggap iman itu tidak berguna?
G : Maksud Saya, iman harus disertai perbuatan. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati.
W : Apa Bapak setuju Natal dirayakan dengan pesta?
G : Asal saja semua sampah bekas pesta itu dibuang pada tempatnya. Kota ini harus bersih.
W : Ada gereja yang merayakan kelahiran Bapak (Natal) dengan anggaran lebih dari lima juta rupiah, padahal ….
G : Peduli amat, itu uang mereka, asal saja uang halal, dan asal mereka ingat memberi kepada yang susah.
W : Tapi Natal dengan biaya di atas 5 juta itu kan termasuk mewah, Pak!
G : Ah, mengapa Saudara melihat selumbar di puncak Monas sedangkan bis bertingkat di dalam mata Saudara tidak Saudara ketahui. Jangan Saudara menghakimi orang lain mewah, padahal Saudara sendiri sekarang memakai baju safari yang begini mewah.
W : Apa Bapak setuju orang-orang merayakan Natal dengan pohon terang?
G : Mengapa tidak? Asal saja jangan menebang pohon cemara. Pakai saja pohon plastik. Kota ini perlu dihijaukan, sebab itu janganlah pohon cemara dikorbankan untuk Natal.
W : Menurut Bapak, kegiatan apa yang paling positif pada hari-hari Natal ini?
G : Ibadah yang murni di hadapan Allah ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Memberi bingkisan Natal kepada yang lapar, yang sakit, yang di dalam penjara.
W : Tapi hadiahnya jadinya kan untuk mereka, bukan untuk Bapak.
G : Segala sesuatu yang Saudara lakukan untuk salah seorang dari warga kota yang paling hina ini, Saudara telah melakukannya untuk saya.
W : Tapi, kami — wartawan — tidak pernah menerima hadiah Natal, Pak..
G : Adalah lebih bahagia memberi daripada menerima.
W : Pak, akhir-akhir ini kota kita sering banjir. Apa ini tanda akan kiamat?
G : Ah, Saudara ini sok beragama. Apa hubungan banjir dengan kiamat? Banjir ini karena kita suka buang sampah sembarangan, lalu sampah itu masuk ke got dan kali. Nah, got dan kali jadi dangkal. Akibatnya air meluap.
W : Pak, bagaimana caranya supaya lalu lintas di kota ini jangan macet?
G : Jangan ada yang naik mobil. Naik unta saja.
W : Apa pendapat Bapak tentang ….
G : Ah, sudah dulu. Marilah kita pergi ke tempat kerja kita masing- masing. Saya sekarang harus mendatangi beberapa kantor kelurahan di desa-desa tertinggal, karena untuk itu saya telah datang.
Catatan:Sebagian dari ucapan-ucapan tersebut di atas diangkat dari ayat-ayat Matius 23:6,7,14; Amsal 5:7-13; Yakobus 2:17; Matius 7:3; Yakobus 1:27; Matius 25:31-40; Kisah Para Rasul 20:36; Markus 1:38
MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT
Buat para suami baca ya..... Istri & calon istri juga boleh..
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudahlebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan
anak ke empat tiba2 kakinya lumpuhdan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, danmengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya
didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum,
untunglah tempat usaha Pak suyatno tidak begitu jauh darirumahnya sehingga
sianghari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaiandan selepas maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa2saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiapberangkat tidur.Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar.
Dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka,sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal is bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin sekali merawat
ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidakada sedikitpun keluhan keluar
dari bibir bapak....... ..bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak,kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telahmelahirkan kalian.. Sejenak kerongkongannya tersekat,... Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini.Kalian mengi nginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana denganIbumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno.Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupukmata ibu Suyatno .. Dengan pilu ditatapnyamata suami yg sangatdicintainya itu..
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TVswasta untuk menjad inara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
DisitulahPak Suyatno bercerita."Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,Tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran,perhatian )adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yglucu2..Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta. Kita bersama..Dan itumerupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya.
Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinyaApalagi dia sakit,,,"
SEMOGA BISA MENJADI BAHAN RENUNGAN
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudahlebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan
anak ke empat tiba2 kakinya lumpuhdan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, danmengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya
didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum,
untunglah tempat usaha Pak suyatno tidak begitu jauh darirumahnya sehingga
sianghari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaiandan selepas maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa2saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiapberangkat tidur.Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar.
Dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka,sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal is bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin sekali merawat
ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidakada sedikitpun keluhan keluar
dari bibir bapak....... ..bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak,kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telahmelahirkan kalian.. Sejenak kerongkongannya tersekat,... Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini.Kalian mengi nginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana denganIbumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno.Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupukmata ibu Suyatno .. Dengan pilu ditatapnyamata suami yg sangatdicintainya itu..
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TVswasta untuk menjad inara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
DisitulahPak Suyatno bercerita."Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,Tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran,perhatian )adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yglucu2..Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta. Kita bersama..Dan itumerupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya.
Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinyaApalagi dia sakit,,,"
SEMOGA BISA MENJADI BAHAN RENUNGAN
Selasa, 10 November 2009
AYAHKU SAKIT..........!
Ini kisah nyata, dan jika anda tidak menceritakanya kembali. Maka anda tidak mepunyai hati.
Nama-ku Daniela,
Umur-ku tiga tahun,
Mata-ku bengkak…
Aku tidak bisa melihat.
Aku pasti anak yg bodoh,
Aku pasti anak yg nakal,
Apalagi yg dapat membuat,
Ayahku menjadi marah.
Aku berharap, keadaanku lebih baik,
Aku berharap, aku tidak jelek,
Jadi mungkin ibu-ku,
Akan tetap mau memeluk-ku.
Aku tidak bisa melakukan kesalahan,
Aku tidak diperbolehkan bicara sama sekali,
Atau..Aku akan dikurung ,
Sepanjang hari.
Ketika aku bangun,
Aku sendirian,
Rumah ini sangat gelap,
Keluarga-ku tidak ada dirumah.
Ketika ibu-ku pulang ke rumah,
Aku mencoba untuk menjadi baik,
Jadi aku mungkin hanya mendapatkan,
Satu cambukan dimalam hari.
Aku barusan mendengar suara mobil,
Ayahku baru pulang,
Dari Diskotik….
Aku mendengar sumpah serapahnya,
Nama-ku dipanggilnya,
Aku menekan diriku sendiri,
Merapat kedinding.
Aku mencoba untuk sembunyi,
Dari mata jahatnya,
Aku sangat ketakutan sekarang,
Aku mulai menangis.
Dia menemukan-ku sedang menangis,
Memanggilku dengan kata-kata buruk,
Dia mengatakan kalau semua itu adalah kesalahan-ku,
Atas penderitaannya dikantor.
Dia menamparku dan memukulku,
Dan berteriak lebih banyak lagi kepada-ku,
Akhirnya aku dapat bebas,
Dan lari menuju kepintu.
Dia sudah mengunci pintunya,
Aku mulai berteriak histeris,
Dia menarik-ku dan melemparkan-ku,
Pada dinding kamar yang keras.
Aku jatuh kelantai,
Dengan tulang yang patah,
Dan ayahku masih melanjutkannya,
Dengan lebih banyak lagi kata kata kotor yang diucapkan.
“Maafkan Aku, Ayah” teriak-ku,
Tetapi itu sudah sangat terlambat,
Wajahnya sudah berubah,
Menjadi bentuk yang tidak bisa terbayangkan.
Penderitaan dan rasa sakit,
Lagi dan lagi…
Oh Tuhan, berikan belas kasihan-Mu,
Oh..Biarlah ini cepat berlalu.
Dan akhirnya Diapun berhenti,
Dan menuju ke pintu kamar,
Ketika aku terbaring disana, tanpa bisa bergerak,
Tergeletak dilantai.
Nama-ku Daniela,
Umur-ku tiga tahun,
Malam ini ayahku,
Membunuh-ku.
Dan engkau dapat menolong,
Memuakkan bagi jiwa-ku,
Jika engkau membaca ini,
Dan tidak memceritakannya kembali.
Aku berdoa untuk pengampunan-mu,
Ketika engkau akan menjadi,
Seorang yang tidak punya hati,
Yang tidak terpengaruh,
Oleh puisi ini.
Dan karena engkau terpegaruh,
Lakukan sesuatu…
Jadi Saudara semua, aku minta untuk melakukan sesuatu,
Ceritakan kembali kisah ini.
Jika engkau menentang Penyiksaan anak kecil.
Postkan kembali “Ayah….Sakit”
Jika engkau tidak mengirimkannya kembali ke orang yg engkau kenal,
Maka sangat nyata, kalau engkau tidak perduli tentang penyiksaan anak kecil.
Awalnya aku pikir ini adalah surat berantai,
Dan aku tidak langsung mengirimkannya juga,
Tetapi sekarang aku sadar, bahwa ini adalah masalah yang penting.
Paling sedikit ada lima anak kecil di seluruh dunia yang meninggal karena penyiksaan.
Bantulah…Jika ada anak yang mendapat penyiksaan. Lakukan pertolongan sebelum terlambat.
Nama-ku Daniela,
Umur-ku tiga tahun,
Mata-ku bengkak…
Aku tidak bisa melihat.
Aku pasti anak yg bodoh,
Aku pasti anak yg nakal,
Apalagi yg dapat membuat,
Ayahku menjadi marah.
Aku berharap, keadaanku lebih baik,
Aku berharap, aku tidak jelek,
Jadi mungkin ibu-ku,
Akan tetap mau memeluk-ku.
Aku tidak bisa melakukan kesalahan,
Aku tidak diperbolehkan bicara sama sekali,
Atau..Aku akan dikurung ,
Sepanjang hari.
Ketika aku bangun,
Aku sendirian,
Rumah ini sangat gelap,
Keluarga-ku tidak ada dirumah.
Ketika ibu-ku pulang ke rumah,
Aku mencoba untuk menjadi baik,
Jadi aku mungkin hanya mendapatkan,
Satu cambukan dimalam hari.
Aku barusan mendengar suara mobil,
Ayahku baru pulang,
Dari Diskotik….
Aku mendengar sumpah serapahnya,
Nama-ku dipanggilnya,
Aku menekan diriku sendiri,
Merapat kedinding.
Aku mencoba untuk sembunyi,
Dari mata jahatnya,
Aku sangat ketakutan sekarang,
Aku mulai menangis.
Dia menemukan-ku sedang menangis,
Memanggilku dengan kata-kata buruk,
Dia mengatakan kalau semua itu adalah kesalahan-ku,
Atas penderitaannya dikantor.
Dia menamparku dan memukulku,
Dan berteriak lebih banyak lagi kepada-ku,
Akhirnya aku dapat bebas,
Dan lari menuju kepintu.
Dia sudah mengunci pintunya,
Aku mulai berteriak histeris,
Dia menarik-ku dan melemparkan-ku,
Pada dinding kamar yang keras.
Aku jatuh kelantai,
Dengan tulang yang patah,
Dan ayahku masih melanjutkannya,
Dengan lebih banyak lagi kata kata kotor yang diucapkan.
“Maafkan Aku, Ayah” teriak-ku,
Tetapi itu sudah sangat terlambat,
Wajahnya sudah berubah,
Menjadi bentuk yang tidak bisa terbayangkan.
Penderitaan dan rasa sakit,
Lagi dan lagi…
Oh Tuhan, berikan belas kasihan-Mu,
Oh..Biarlah ini cepat berlalu.
Dan akhirnya Diapun berhenti,
Dan menuju ke pintu kamar,
Ketika aku terbaring disana, tanpa bisa bergerak,
Tergeletak dilantai.
Nama-ku Daniela,
Umur-ku tiga tahun,
Malam ini ayahku,
Membunuh-ku.
Dan engkau dapat menolong,
Memuakkan bagi jiwa-ku,
Jika engkau membaca ini,
Dan tidak memceritakannya kembali.
Aku berdoa untuk pengampunan-mu,
Ketika engkau akan menjadi,
Seorang yang tidak punya hati,
Yang tidak terpengaruh,
Oleh puisi ini.
Dan karena engkau terpegaruh,
Lakukan sesuatu…
Jadi Saudara semua, aku minta untuk melakukan sesuatu,
Ceritakan kembali kisah ini.
Jika engkau menentang Penyiksaan anak kecil.
Postkan kembali “Ayah….Sakit”
Jika engkau tidak mengirimkannya kembali ke orang yg engkau kenal,
Maka sangat nyata, kalau engkau tidak perduli tentang penyiksaan anak kecil.
Awalnya aku pikir ini adalah surat berantai,
Dan aku tidak langsung mengirimkannya juga,
Tetapi sekarang aku sadar, bahwa ini adalah masalah yang penting.
Paling sedikit ada lima anak kecil di seluruh dunia yang meninggal karena penyiksaan.
Bantulah…Jika ada anak yang mendapat penyiksaan. Lakukan pertolongan sebelum terlambat.
Rabu, 14 Oktober 2009
EMOSI AYAH MENJADI PENYESALAN
CUKUP HANYA MENJADI PERENUNGAN.......
Bagi yang membaca ini......ini menjadi pengalaman yang tidak harus kita alami, jadikanlah sebagai hati yang sesak ketika membacanya, jangan sampai kita melakukannya.......sungguh hal sepele menurut kita dan cukup berarti menurut kita.....tetapi dilain pihak kita sudah merugikan orang lain. Cukuplah hanya pada artikel ini saja yang terjadi..............harta bukanlah segalanya, melainkan kasih, sayang dan perhatian di atas segalanya.
Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anaktunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibukbekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yangdibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantaitempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat darimarmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baruayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampakjelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengankreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena inginmenghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan makaia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya,gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikuti imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobilyang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lamalunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terusmenjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentakdengan jeritan itu berlari keluar.. Dia juga beristighfar. Mukanya merahpadam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagidiajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidaktahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?"hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ... kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrsberbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dankemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumahdiikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu jugamenjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.. Lalu sipembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkananak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belahtangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskanobat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa duniaberhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mataisterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat keduatangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linanganair mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasasedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajahpembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris."
Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidakakan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?...Bagaimana Dita mau bermain nanti?.... Dita janji tdk akan mencoret2mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibumendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yangsudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur.Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...
Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannyadan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., siAnak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegarbahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Sangat patut jadi renungan.
Langganan:
Postingan (Atom)